-
Liputan News | Redaksi | Iklan
Home » , » Kilas Balik Memperingati Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni

Kilas Balik Memperingati Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni

Posted by cth berita 6 on Minggu, 31 Mei 2015



Liputan News- Minggu, 31 Mei 2015. Hari Kesaktian Pancasila yang Jatuh Pada Hari Senin, 1 Juni 2015, bagian dari sejarah yang sering dilupakan anak bangsa, makna pancasila memiliki kandungan arti yang luar biasa dalam merekat persatuan dan kesatuan bangsa, menuju rahmatan lilalamin.

KH.Ahmad Baso, Salah satu budayawan sekaligus Pengarang Buku "Islam Studies" dan aktif dalam Jaringan Islam Nusantara, mengartikan pancasila merupakan laut madrasah kita.

" Di laut kita diajarkan untuk hidup bersama. Bayangkan, kalau kita berada dalam satu perahu atau kapal, kita tidak akan mungkin mengedepankan ego-ego kita atau nafsi-nafsi " cetusnya, kepada liputannews.com, Minggu (31/5).

Ia Menambahkan, tidak mungkin dalam posisi diatas kapal dan ditengah lautan, kita mengedepankan pendapat masing-masing dalam mencari pembenaran,maka yang terjadi semua penumpang dalam kapal tersebut akan meninggal, karena prinsip yang salah dalam mempertahankan ego masing-masing.

" Tidak mungkin, kita melakukan voting atau pemilihan langsung, yang kita kedepankan adalah musyawarah mufakat yang dirusmuskan dalam "sila keempat", bila kita tetap kekeh terhadap voting serta pola one man one vot, maka yang terjadi kemerdekaan yang dicita-citakan saat itu, tidak akan terwujud " tambahnya.

Proses musyawarah mufakat, tercermin pada saat lahirnya Piagam Jakarta, yaitu seluruh elemen bangsa merumuskan penyatuan negeri ini dengan arif bijaksana tanpa adanya perseteruan kepentingan satu dengan lainnya.

" Praktik musyawarah yang kompromi saat itu terlihat, pada piagam jakarta, ketika ada kalimat syariat, protes itu bermunculan karena identik dengan kelompok islami semata, namun untuk menghindari polemik itu KH. Wahid Hasyim (NU), KH.Abdul Kahar Muzakir dan Ki Bagus Hadi Kusumo (muhamadiya), selaku pendiri bangsa ini saat itu, bersama-sama mencoret kalimat syariat menjadi "ketuhanan Yang Maha Esa " tukasnya.

Pelajaran besar yang diambil dari pengalaman sejarah bangsa masa lalu, seharusnya diikuti oleh para petinggi negeri saat ini, menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI bukanlah barang yang mudah yang bisa di program atau di instal layaaknya komputer, namun hal itu perlu penjiwaan, dan menghilangkan ubudiyah semata demi menjadikan negeri ini, negeri yang damai dan sejahtera dalam hubungan kemanusian. Agar kapal NKRI tidak karam ditengah perjalanan yang mengarungi derasnya gelombang lautan.(sle)

SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

 

Berita Humor



Untuk Menghindari Pelecehan Seksual di Angkot,
Seorang Sopir Angkot Memutar Lagu-Lagu Religi di Angkotnya.



Ustad Solder : Dosa besar itu jika pria melirik istri orang lalu menikahi suaminya.



Inilah zaman dimana org yg lg sakit lebih memilih update status dibandingkan pergi ke dokteR



Seorang wanita harus dilarikan kerumah sakit karna tertembak oleh seorang pria tepat dihatinya


Panasnya suhu politik hasil Pilkades membuat para timses dari kedua kubu berebutan membeli AC Dan kipas angin
Copyright © 2015 cth berita 6